( Oleh Pdt. Hendrik Kotten )
Setiap lapisan kelompok masyarakat memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda satu dengan yang lain yang terbentuk berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat. Dan ketika seseorang beragama Kristen sering sekali menghadapi dilema tentang apakah kebudayaan bertentangan dengan iman yang dipercayainya. Secara khusus budaya Tiong Hoa, sebagai orang percaya di dalam Kristus yang berlatar suku Tiong Hoa, seringkali diperhadapkan dengan tantangan latar budaya. Apakah budaya yang sudah mendarah daging dalam hidup kita itu sesuai dengan iman Kristen? Selain itu, sering kali orang Kristen Tiong Hoa dicap sebagai orang-orang yang melupakan warisan budaya leluhur karena tidak mengikuti seluruh tradisi atau adat secara total dari budaya yang bersangkutan. Ternyata keadaan ini dialami juga oleh para murid Tuhan Yesus di masa awal Perjanjian Baru.
Matius
15:1-6 mencatat:
Kemudian
datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan
berkata: "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang
kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan."Tetapi jawab Yesus
kepada mereka: "Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat
nenek moyangmu?Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan
ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum
mati.Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada
ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah
digunakan untuk persembahan kepada Allah,orang itu tidak wajib lagi menghormati
bapanya atau ibunya. Dengan demikian
firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.
Perlu untuk kita
ketahui bahwa Tuhan Yesus tidak anti adat istiadat. Karena beberapa
kali Tuhan Yesus hadir dalam acara adat istiadat budaya Yahudi. Seperti Ia
hadir dalam pesta perkawinan di Kana
(Yohanes 2), dan juga dalam Yohanes
5 Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan hari raya orang Yahudi.
Namun Tuhan
Yesus mengingatkan kita bahwa jangan sampai kita melanggar perintah Allah demi
adat istiadat kita. Tuhan Yesus ingin menyatakan prioritas ketaatan
manusia yang utama adalah perintah Allah yang melampaui adat istiadat. Artinya
kalau ada adat istiadat yang tidak sesuai dengan FirmanTuhan ya jangan kita
lakukan.
Karena itu, yang
menjadi penekanan Tuhan Yesus adalah budaya manusia harus di bawah otoritas
Firman Allah.
Dengan kata lain, Firman Allah yang menerangi budaya manusia. Dalam konteks budaya
Tiong Hoa, Alkitab harus tetap menjadi Filter atau Penyaring untuk budaya atau
tradisi atau adat istiadat Tiong Hoa untuk orang Kristen Tiong Hoa. Salah satu
budaya Tiong Hoa yang harus kita lihat dalam terang kebanaran Firman Tuhan
adalah
SEMBAYANG KUBUR.
(CHENG BENG)
Sembayang
kubur adalah tradisi masyarakat tiong hoa untuk mengingat silsilah keluarga,
menghormati leluhur, mengikat rasa kekeluargaan. Orang Tiong Hoa pada perayaan
ini mengenang mereka yang telah meninggal dan mengadakan kunjungan ke Kuburan.
Perayaan ini juga merupakan waktu untuk seluruh keluarga berkumpul untuk
mengunjungi dan membersihkan kuburan nenek moyang mereka.
Namun
dalam praktenya ada ritual keagamaan menjadi paket tradisi cheng beng ini yaitu
seperti penyembahan kepada leluhur dengan mempersembahkan dupa dan makanan serta
meminta kepada leluhur untuk mendapatkan berkat. Bahkan tidak sedikit orang
yang mencari kehendak atau petunjuk dari leluhur. Karena kehendak leluhur
setara dengan kehendak langit yang harus dipatuhi.
Di dalam
kepercayaan Tionghoa tradisional, mereka mempunyai keyakinan bahwa roh para
leluhur yang meninggal itu masih tetap ada dan mempunyai hubungan erat dengan
allah mereka, dan roh ini mempunyai kekuatan mistik yang bisa menjatuhkan
berkah / malapetaka kepada anak cucunya.
Dalam
kepercayaan Tionghoa tradisional, roh para leluhur yang meninggal berada di
dalam suatu tempat penampungan dan di tempat ini kehidupan mereka sama persis
seperti kehidupan kita di dunia, mereka memerlukan pakaian, makan, minum, dan
fasilitas lainnya. Sebab itu, kita bisa melihat, makanan yang berada di meja
sembahyang adalah untuk menjaga supaya jangan sampai para leluhurnya kelaparan
; uang kertas dibakar supaya leluhur mempunyai uang untuk berbelanja,
adakalanya dibuat rumah-rumahan & mobil-mobilan dari kertas dan dibakar,
supaya mereka juga mempunyai rumah & mobil, dsb.
Dalam
kepercayaan Tionghoa tradisional juga percaya ajaran Taoisme yang menyatakan
bahwa manusia mempunyai 3 nyawa. Setelah meninggal, maka nyawa yang satu berada
di tempat penampungan (alam maut), yang kedua berada di kuburan, dan yang
ketiga berada di meja abu. Dan roh ini bisa memberi perlindungan bagi anak
cucunya, tetapi ia bisa marah jika kebutuhannya di alam maut tidak tercukupi.
Sehingga pada bulan 3 tanggal 15 orang tionghoa memberikan persembahan kepada
nenek moyang mereka karena diyakini bahwa pada tanggal tersebut pintu gerbang
antara dunia orang mati dan orang yang hidup terbuka.
Kepercayaan-
kepercayaan inilah yang mengiringi orang tionghoa untuk datang merayakan Cheng
Beng, bahkan tidak sedikit orang percaya mempercayai kepercayaan-kepercayaan
demikian.
PANDANGAN
ALKITAB :
1.
Apakah
kita boleh merayakan Cheng Beng dan mengunjungi kuburan?
Untuk
menjawabnya kita harus mempertimbangkan dua aspek budaya dalam perayaan Cheng
Beng, yaitu pertama sebagai ‘budaya sosial’ dan kedua sebagai ‘budaya religi’.
Sebagai budaya sosial, kita melihat bahwa perayaan Cheng Beng sebagai perayaan
untuk menghormati/ mengingat leluhur, membersihkan kubur dan mengikat tali
persaudaraan. Dalam hal ini tentu tidak ada salahnya kalau seorang beriman
Kristen ikut serta merayakan Cheng Beng bersama keluarganya.
Tidak
ada masalah bagi orang Kristen untung mengunjungi makam orang tua atau keluarga
kita. Dalam cerita alkitab Murid Yesus pergi ke kubur Yesus (Markus 16:1-2).
Yesus pergi ke kubur Lazarus (Yohanes 11:38). Justru baik kita mengunjungi kuburan
karena kita bisa melihat akhir hidup kita sehingga kita menyadari kefanaan kita
dan kita semakin menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. Pengkhotbah 7:2 Pergi ke rumah
duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah
kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.
Terlebih
lagi dalam perayaan Cheng Beng merupakan suatu perayaan untuk mengikat tali
persaudaraan, hal ini sesuai dengan firman Tuhan. 1 Tesalonika 4:9 peliharalah kasih persaudaraan.
Perayaan
Cheng Beng dalam segi budaya sosial sangat baik, namun sebagai ‘budaya religi’,
perayaan Cheng Beng sudah dicampuri dengan penyembahan dewa-dewi dengan meja
sembahyang, dan juga ritus penyembahan animisme.
Inti masalahnya
bukanlah kunjungan atau waktu kunjungannya yang dilakukan pada saat Cheng Beng
tapi ritual keagamaanya yang mengiringi perayaan Cheng Beng yaitu kegiatan
pemujaan kepada nenek moyang dengan memberikan persembahan berupa makanan dan dupa (Hio). Karena tindakan
ini bertentangan dengan dengan Firman Tuhan :
a. JANGAN MEMBERIKAN PERSEMBAHAN SELAIN KEPADA TUHAN
KARENA HANYA TUHAN YANG LAYAK DISEMBAH.
Keluaran 20:3-6 “Jangan ada
padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai
apapun…Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku,
Tuhan Allahmu….”
Matius 4:10 Maka berkatalah
Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus
menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Imamat 19:31, “Janganlah
kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari
mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu.”
firman
Tuhan ini menjelaskan kepada kita bahwa tidak masalah melakukan ziarah kubur dengan
membersihkan kuburan nenek moyang kita, namun yang tidak boleh kita lakukan adalah
ritual penyembahan kepada leluhur. Karena hanya Tuhan yang layak disembah.
b. JANGAN MEMINTA PETUNJUK KEPADA ARWAH DAN MEMINTA
BERKAT.
Alasan dari
orang yang melakukan pemujaan leluhur adalah dengan memberikan persembahan
diharapkan dapat menyenangkan roh almarhum untuk mendapatkan kemurahan dan
berkat serta perlindungan karena kalau tidak orang tersebut takut dicelakai
oleh roh tersebut. Ataupun pemberian persembahan dengan maksud agar roh
almarhum dapat makanan, atau kehidupan seperti dunia ini.
-
Perbuatan ini
adalah kekejian bagi Allah
Ulangan
18:9-14
9
"Apabila engkau sudah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN,
Allahmu, maka janganlah engkau belajar berlaku sesuai dengan kekejian yang
dilakukan bangsa-bangsa itu. 10 Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang
mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam
api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah,
seorang penyihir, 11seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang
meminta petunjuk kepada orang-orang mati. 12 Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini
adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN,
Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu. 13
Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, Allahmu.
14 Sebab
bangsa-bangsa yang daerahnya akan kaududuki ini mendengarkan kepada peramal
atau petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan TUHAN, Allahmu, melakukan yang
demikian.
1Taw 10:13-14
- “Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap
TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia
telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk TUHAN.
Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin
Isai”.
-
Perbuatan
ini perbuatan yang sia-sia
(Luk.
16:19-31) perumpamaan tentang Orang Kaya dan Lazarus yang miskin
26 Selain dari pada itu di antara kami dan
engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi
dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak
dapat menyeberang.
Artinya ada pemisah antara orang hidup dan
yang mati sehingga orang yang mati tidak bisa memberkati atau mencelakai orang
yang hidup. Dan juga di
seberang sana, arwah leluhur tidak memerlukan makanan, minuman, pakaian, rumah,
mobil, dsb. Karena Roma 14:17 Sebab
Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai
sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Matius 22:30 Karena pada waktu kebangkitan orang tidak
kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.
-
Orang yang percaya kepada Kristus
akan dijagai dan dilindungi.
Lukas
10:17-19
17
Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata:
"Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu."18 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku
melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.19 Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa
kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan
kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.
-
Orang
yang percaya akan Tuhan berkati dan menyediakan segala kebutuhan kita.
Kejadian
22:14 Dan Abraham menamai tempat itu:
"TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang:
"Di atas gunung TUHAN, akan disediakan." Jehovah Jireh
1
Korintus 2:9 Tetapi seperti ada
tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah
didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:
semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
2. Apakah kita boleh memegang Hio ?
Pemakaian
hio memang memiliki banyak maksud baik untuk penyembahan ataupun tidak. Namun dewasa ini banyak orang berpandangan
bahwa hio berhubungan dengan praktek penyembahan kepada dewa dan pemujaan
kepada leluhur. Dupa/hio juga dipercaya digunakan dalam acara ritual untuk
menghormati dan memuja leluhur ataupun dewa-dewi dalam agama tertentu di China
sebagai pengganti persembahan lainnya seperti kurban-kurban binatang. Jadi dupa
dapat diartikan sebagai alat pernyembahan dan persembahan itu sendiri.
Banyak
penganut Protestan akan berkata tidak untuk memegang hio karena persembahan
dupa selalu dihubungkan dengan doa (Wahyu 8:4) dan doa sebagaimana penyembahan
hanya ditujukan kepada Tuhan. Alkitab mencatat tentang penghancuran altar
pendupaan bagi berhala. (2 Tawarikh 34:3-7). Perlu juga diketahui bahwa orang
Kristen masa awal juga menolak membakar dupa untuk mengakui ”keilahian” kaisar
Romawi, meskipun hal itu berarti mempertaruhkan nyawa mereka. Mengingat dupa
berkaitan dengan penyembahan berhala pada masa itu, tidaklah mengherankan bahwa
orang Kristen masa awal bahkan tidak mau terlibat dalam perdagangan dupa.
Jadi apakah
semua pembakaran dupa salah? Belum tentu demikian. Barangkali seseorang ingin
membakar dupa sebagai wewangian di rumahnya sekadar untuk menikmati aromanya
yang menyenangkan. (Amsal
27:9) Meskipun demikian, sebelum memutuskan untuk membakar dupa, seorang
Kristen hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor tertentu. Apakah orang-orang
lain di tempat tinggal Saudara menghubungkan penggunaan dupa dengan praktek
agama tradisional? Di lingkungan Saudara, apakah dupa sering kali dikaitkan
dengan ritus spiritisme? Atau, apakah dupa umum digunakan untuk tujuan
nonreligius? Namun yang perlu kita perhatikan bahwa penggunaan Hio/Dupa dalam
upacara/Ritual Agama Tradisional harus kita hindari karena hal itu adalah
pemujaan atau penyembahan aninisme.
3.
Apakah
bisa Penggunaan hio sebagai pengganti penaburan bunga?
Sampai
saat ini belum diketahui tujuan penaburan bunga di kuburan yang telah dilakukan
hampir setiap orang diseluruh dunia. Sehingga penaburan bunga tidak berkonotasi
penyembahan. Namun pemakaian hio merupakan bagian yang sangat nyata dari suatu
kepercayaan yang masih hidup sampai saat ini yang penggunaannya berkaitan
dengan penyembahan kepada dewa maupun leluhur. Oleh karena itu memegang dupa/hio
sebagai pengganti bunga sebaiknya kita hindari agar kita tidak menjadi batu
sandungan bagi orang lain. (1 Korintus 8:9)
4. Apakah kita boleh makan, makanan yang dipersembahkan
berhala?
Untuk
menjawabnya mari kita membaca Alkitab dari :
Roma 14:17
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran,
damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Roma 14: 20b, ”Biarlah kita mengejar hal-hal yang menghasilkan
perdamaian dan hal-hal yang membina bagi satu sama lain. Berhentilah
meruntuhkan pekerjaan Allah hanya demi makanan. Memang, segala sesuatu halal, tetapi celakalah orang yang makan
dalam situasi yang dapat menimbulkan sandungan. Adalah baik untuk tidak makan
daging atau minum anggur atau melakukan apa pun yang karena hal itu saudaramu
tersandung.”—Roma
14:19-21.
Karena
dalam 1 Kor. 6:12 mengajarkan kita demikian, “Segala sesuatu halal bagiku,
tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak
membiarkan diriku diperhamba oleh sesuatu apapun.”
Matius
15:11 "...bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang,
melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."
1Kor
8:8 "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak
rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita
makan."
1
Korintus 10:27 Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya,
dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu,
tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.
1Korintus
10:31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika
engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan
Allah.
1
Timotius 4:4-5 “Semua yang diciptakan
Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan
syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa”
* Markus 7:18-19
7:18 LAI TB, Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,
7:19 LAI TB, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
7:18 LAI TB, Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,
7:19 LAI TB, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
Berdasarkan ayat firman Tuhan diatas
dapat disimpulkan bahwa Alkitab secara jelas tidak melarang untuk mengkonsumsi
makanan apa saya bahkan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala.
Artinya kita tidak berdosa memakan makanan demikian.
Namun, karena tindakan itu bisa
menjatuhkan/melemahkan iman orang lain, maka tindakan itu tidak boleh kita
lakukan.
Ada
2 konteks utama mengapa makan-makanan yang dipesembahkan berhala tidak boleh
kita makan :
1.
Ketika
kita memakannya menjadi batu sandungan bagi saudara kita yang seiman.
1 Korintus 8:13 Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan
bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi,
supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.
Pada
saat hendak makan, kalau ada seorang saudara berkata kepada kita: “Itu
persembahan berhala!”, maka janganlah kita memakannya. Bukan karena makanan itu
haram, bukan pula karena diri kita, melainkan karena orang itu dan
keberatan-keberatan hati nuraninya (1 Kor. 10:27-29).
Kita harus mengontrol diri, supaya kebebasan kita
tidak menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah (1 Kor. 8:9). Karena
apabila kita makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (dengan
konsep yang benar) di depan saudara-saudara seiman yang lemah, maka hal itu
akan semakin melemahkan iman mereka, atau justru memantapkan mereka untuk makan
makanan persembahan berhala (dengan konsep yang salah).
Apabila suatu makanan dapat menjadi batu sandungan
bagi orang lain, lebih baik kita tidak makan makanan itu. Dengan demikian orang
lain tidak akan jatuh oleh karena makanan yang kita makan. Kita patut
meneladani rasul Paulus yang mengatakan, “Karena itu apabila makanan menjadi batu
sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging
lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku” (1 Kor.
8:13).
Roma
14: 20b, ”Biarlah kita mengejar hal-hal yang menghasilkan perdamaian dan
hal-hal yang membina bagi satu sama lain. Berhentilah meruntuhkan pekerjaan
Allah hanya demi makanan. Memang, segala
sesuatu halal, tetapi celakalah orang yang makan dalam situasi yang dapat
menimbulkan sandungan. Adalah baik untuk tidak makan daging atau minum anggur
atau melakukan apa pun yang karena hal itu saudaramu tersandung.”—Roma 14:19-21
Roma
14 sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau
makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau
membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kritus telah mati untuk
dia.
2. Orang percaya Makan daging seperti itu dengan
ikut berpartisipasi dalam upacara (ritual) penyembahan berhala. (1 Korintus
10:18-22).
Sebagai
orang tionghoa yang masih memiliki orang tua hal ini menjadi suatu dilema.
Mungkin kita akan memberikan suatu pembelaan diri bahwa saya melakukan ritual
sembayang kubur hanya untuk menyenangkan orang tua, atau menghormati leluhur
bukan menyembahnya... oleh karena itu kita berpikir tidak apa-apa dong !!? Ketika
kita makan daging ataupun pegang hio pada saat Ritual/upacara dalam agama
tradisional sekalipun kita tidak menyembahnya namun secara tidak langsung melalui
gerak tubuh, kita ikut ambil bagian dalam penyembahan itu.
KESIMPULAN
Tidak
dapat dipungkiri bahwa orang Kristen Tionghoa akan menghadapi suatu dilema iman
karena adat/ tradisi yang sudah turun-temurun dijalankan oleh nenek moyang. Untuk
menjawab permasalah ini kita harus mempertimbangkan 2 aspek yaitu budaya religi
dan budaya sosial.
Untuk budaya religi yang bertentangan dengan Firman Tuhan harus kita TOLAK. Seperti memegang hio/dupa dan memakan-makanan persembahan dalam suatu ritual/upacara keagamaan jangan kita lakukan.
Matius
15:3 Yesus menjawab "Dan mengapa
kalian juga melanggar perintah Allah hanya kerena mau mengikuti adat istiadat
nenek moyangmu?
Ulangan 18: 14 Sebab
bangsa-bangsa yang daerahnya akan kaududuki ini mendengarkan kepada peramal
atau petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan TUHAN, Allahmu, melakukan yang
demikian.
2 Raja-raja 5:17-18
17 Akhirnya berkatalah Naaman: "Jikalau
demikian, biarlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak muatan sepasang
bagal, sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau
korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN.
18 Dan kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini
dalam perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud
menyembah di sana, dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud
menyembah dalam kuil Rimon itu, kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam hal
itu."
Ataupun memegang hio sebagai pengganti tabur bunga di kuburan dan makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala sebaiknya jangan kita lakukan kalau itu menjadi suatu batu sandungan bagi saudara kita yang seiman.
Sebagai
budaya sosial, kita melihat bahwa perayaan Cheng Beng sebagai perayaan untuk
menghormati/ mengingat leluhur, membersihkan kubur dan mengikat tali
persaudaraan. Dalam hal ini tentu tidak ada salahnya kalau seorang beriman
Kristen ikut serta merayakan Cheng Beng bersama keluarganya.
Halo pak pendeta...
BalasHapusSaya mau tanya, kl misal dalam memegang hio tp tujuannya bukan untuk sembahyang, tp hanya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, apakah saya keliru?
Kl mmg jd batu sandungan,misal di mkn nya sendirian dan tdk ad org liat apakah ttp bisa??sya trus bljr ttg hal ini krn suami saya chinesse n saya risih ktika kk nya memberi mknan sprti itu dan hrs oegang hio d wktu ceng benh
BalasHapus