Rabu, 27 Mei 2015

IMAN KRISTEN DAN CHENG BENG

( Oleh Pdt. Hendrik Kotten )

Setiap lapisan kelompok masyarakat memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda satu dengan yang lain yang terbentuk berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat. Dan ketika seseorang beragama Kristen sering sekali menghadapi dilema tentang apakah kebudayaan bertentangan dengan iman yang dipercayainya.  Secara khusus budaya Tiong Hoa, sebagai orang percaya di dalam Kristus yang berlatar suku Tiong Hoa, seringkali diperhadapkan dengan tantangan latar budaya. Apakah budaya yang sudah mendarah daging dalam hidup kita itu sesuai dengan iman Kristen? Selain itu, sering kali orang Kristen Tiong Hoa dicap sebagai orang-orang yang melupakan warisan budaya leluhur karena tidak mengikuti seluruh tradisi atau adat secara total dari budaya yang bersangkutan. Ternyata keadaan ini dialami juga oleh para murid Tuhan Yesus di masa awal Perjanjian Baru.

Matius 15:1-6 mencatat:
Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan."Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah,orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.

Perlu untuk kita ketahui bahwa Tuhan Yesus tidak anti adat istiadat. Karena beberapa kali Tuhan Yesus hadir dalam acara adat istiadat budaya Yahudi. Seperti Ia hadir dalam pesta perkawinan di Kana (Yohanes 2), dan juga dalam Yohanes 5 Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan hari raya orang Yahudi. Namun Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa jangan sampai kita melanggar perintah Allah demi adat istiadat kita. Tuhan Yesus ingin menyatakan prioritas ketaatan manusia yang utama adalah perintah Allah yang melampaui adat istiadat. Artinya kalau ada adat istiadat yang tidak sesuai dengan FirmanTuhan ya jangan kita lakukan.

Karena itu, yang menjadi penekanan Tuhan Yesus adalah budaya manusia harus di bawah otoritas Firman Allah. Dengan kata lain, Firman Allah yang menerangi budaya manusia. Dalam konteks budaya Tiong Hoa, Alkitab harus tetap menjadi Filter atau Penyaring untuk budaya atau tradisi atau adat istiadat Tiong Hoa untuk orang Kristen Tiong Hoa. Salah satu budaya Tiong Hoa yang harus kita lihat dalam terang kebanaran Firman Tuhan adalah

SEMBAYANG KUBUR. (CHENG BENG)

Sembayang kubur adalah tradisi masyarakat tiong hoa untuk mengingat silsilah keluarga, menghormati leluhur, mengikat rasa kekeluargaan. Orang Tiong Hoa pada perayaan ini mengenang mereka yang telah meninggal dan mengadakan kunjungan ke Kuburan. Perayaan ini juga merupakan waktu untuk seluruh keluarga berkumpul untuk mengunjungi dan membersihkan kuburan nenek moyang mereka.

Namun dalam praktenya ada ritual keagamaan menjadi paket tradisi cheng beng ini yaitu seperti penyembahan kepada leluhur dengan mempersembahkan dupa dan makanan serta meminta kepada leluhur untuk mendapatkan berkat. Bahkan tidak sedikit orang yang mencari kehendak atau petunjuk dari leluhur. Karena kehendak leluhur setara dengan kehendak langit yang harus dipatuhi.

Di dalam kepercayaan Tionghoa tradisional, mereka mempunyai keyakinan bahwa roh para leluhur yang meninggal itu masih tetap ada dan mempunyai hubungan erat dengan allah mereka, dan roh ini mempunyai kekuatan mistik yang bisa menjatuhkan berkah / malapetaka kepada anak cucunya.

Dalam kepercayaan Tionghoa tradisional, roh para leluhur yang meninggal berada di dalam suatu tempat penampungan dan di tempat ini kehidupan mereka sama persis seperti kehidupan kita di dunia, mereka memerlukan pakaian, makan, minum, dan fasilitas lainnya. Sebab itu, kita bisa melihat, makanan yang berada di meja sembahyang adalah untuk menjaga supaya jangan sampai para leluhurnya kelaparan ; uang kertas dibakar supaya leluhur mempunyai uang untuk berbelanja, adakalanya dibuat rumah-rumahan & mobil-mobilan dari kertas dan dibakar, supaya mereka juga mempunyai rumah & mobil, dsb.

Dalam kepercayaan Tionghoa tradisional juga percaya ajaran Taoisme yang menyatakan bahwa manusia mempunyai 3 nyawa. Setelah meninggal, maka nyawa yang satu berada di tempat penampungan (alam maut), yang kedua berada di kuburan, dan yang ketiga berada di meja abu. Dan roh ini bisa memberi perlindungan bagi anak cucunya, tetapi ia bisa marah jika kebutuhannya di alam maut tidak tercukupi. Sehingga pada bulan 3 tanggal 15 orang tionghoa memberikan persembahan kepada nenek moyang mereka karena diyakini bahwa pada tanggal tersebut pintu gerbang antara dunia orang mati dan orang yang hidup terbuka.

Kepercayaan- kepercayaan inilah yang mengiringi orang tionghoa untuk datang merayakan Cheng Beng, bahkan tidak sedikit orang percaya mempercayai kepercayaan-kepercayaan demikian.

PANDANGAN ALKITAB :

1.    Apakah kita boleh merayakan Cheng Beng dan mengunjungi kuburan?

Untuk menjawabnya kita harus mempertimbangkan dua aspek budaya dalam perayaan Cheng Beng, yaitu pertama sebagai ‘budaya sosial’ dan kedua sebagai ‘budaya religi’. Sebagai budaya sosial, kita melihat bahwa perayaan Cheng Beng sebagai perayaan untuk menghormati/ mengingat leluhur, membersihkan kubur dan mengikat tali persaudaraan. Dalam hal ini tentu tidak ada salahnya kalau seorang beriman  Kristen ikut serta merayakan Cheng Beng bersama keluarganya.

Tidak ada masalah bagi orang Kristen untung mengunjungi makam orang tua atau keluarga kita. Dalam cerita alkitab Murid Yesus pergi ke kubur Yesus (Markus 16:1-2). Yesus pergi ke kubur Lazarus (Yohanes 11:38). Justru baik kita mengunjungi kuburan karena kita bisa melihat akhir hidup kita sehingga kita menyadari kefanaan kita dan kita semakin menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. Pengkhotbah 7:2  Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.

Terlebih lagi dalam perayaan Cheng Beng merupakan suatu perayaan untuk mengikat tali persaudaraan, hal ini sesuai dengan firman Tuhan.  1 Tesalonika 4:9  peliharalah kasih persaudaraan.
Perayaan Cheng Beng dalam segi budaya sosial sangat baik, namun sebagai ‘budaya religi’, perayaan Cheng Beng sudah dicampuri dengan penyembahan dewa-dewi dengan meja sembahyang, dan juga ritus penyembahan animisme.

Inti masalahnya bukanlah kunjungan atau waktu kunjungannya yang dilakukan pada saat Cheng Beng tapi ritual keagamaanya yang mengiringi perayaan Cheng Beng yaitu kegiatan pemujaan kepada nenek moyang dengan memberikan persembahan berupa makanan dan dupa (Hio). Karena tindakan ini bertentangan dengan dengan Firman Tuhan :

a.    JANGAN MEMBERIKAN PERSEMBAHAN SELAIN KEPADA TUHAN KARENA HANYA TUHAN YANG LAYAK DISEMBAH.
Keluaran 20:3-6 “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun…Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan Allahmu….”
Matius 4:10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Imamat 19:31, “Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu.”

firman Tuhan ini menjelaskan kepada kita bahwa tidak masalah melakukan ziarah kubur dengan membersihkan kuburan nenek moyang kita, namun yang tidak boleh kita lakukan adalah ritual penyembahan kepada leluhur. Karena hanya Tuhan yang layak disembah.

b.    JANGAN MEMINTA PETUNJUK KEPADA ARWAH DAN MEMINTA BERKAT.

Alasan dari orang yang melakukan pemujaan leluhur adalah dengan memberikan persembahan diharapkan dapat menyenangkan roh almarhum untuk mendapatkan kemurahan dan berkat serta perlindungan karena kalau tidak orang tersebut takut dicelakai oleh roh tersebut. Ataupun pemberian persembahan dengan maksud agar roh almarhum dapat makanan, atau kehidupan seperti dunia ini.

-       Perbuatan ini adalah kekejian bagi Allah
Ulangan 18:9-14
9 "Apabila engkau sudah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau belajar berlaku sesuai dengan kekejian yang dilakukan bangsa-bangsa itu. 10 Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, 11seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. 12  Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu. 13  Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, Allahmu. 14  Sebab bangsa-bangsa yang daerahnya akan kaududuki ini mendengarkan kepada peramal atau petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan TUHAN, Allahmu, melakukan yang demikian.
1Taw 10:13-14 - “Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai”.

-       Perbuatan ini perbuatan yang sia-sia
(Luk. 16:19-31) perumpamaan tentang Orang Kaya dan Lazarus yang miskin
26  Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.

Artinya ada pemisah antara orang hidup dan yang mati sehingga orang yang mati tidak bisa memberkati atau mencelakai orang yang hidup. Dan juga di seberang sana, arwah leluhur tidak memerlukan makanan, minuman, pakaian, rumah, mobil, dsb. Karena Roma 14:17  Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Matius 22:30  Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.

-       Orang yang percaya kepada Kristus akan dijagai dan dilindungi.
Lukas 10:17-19
17 Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu."18  Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.19  Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.

-       Orang yang percaya akan Tuhan berkati dan menyediakan segala kebutuhan kita.

Kejadian 22:14  Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan." Jehovah Jireh
1 Korintus 2:9  Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."

2.    Apakah kita boleh memegang Hio ?

Pemakaian hio memang memiliki banyak maksud baik untuk penyembahan ataupun tidak. Namun dewasa ini banyak orang berpandangan bahwa hio berhubungan dengan praktek penyembahan kepada dewa dan pemujaan kepada leluhur. Dupa/hio juga dipercaya digunakan dalam acara ritual untuk menghormati dan memuja leluhur ataupun dewa-dewi dalam agama tertentu di China sebagai pengganti persembahan lainnya seperti kurban-kurban binatang. Jadi dupa dapat diartikan sebagai alat pernyembahan dan persembahan itu sendiri.

Banyak penganut Protestan akan berkata tidak untuk memegang hio karena persembahan dupa selalu dihubungkan dengan doa (Wahyu 8:4) dan doa sebagaimana penyembahan hanya ditujukan kepada Tuhan. Alkitab mencatat tentang penghancuran altar pendupaan bagi berhala. (2 Tawarikh 34:3-7). Perlu juga diketahui bahwa orang Kristen masa awal juga menolak membakar dupa untuk mengakui ”keilahian” kaisar Romawi, meskipun hal itu berarti mempertaruhkan nyawa mereka. Mengingat dupa berkaitan dengan penyembahan berhala pada masa itu, tidaklah mengherankan bahwa orang Kristen masa awal bahkan tidak mau terlibat dalam perdagangan dupa.

Jadi apakah semua pembakaran dupa salah? Belum tentu demikian. Barangkali seseorang ingin membakar dupa sebagai wewangian di rumahnya sekadar untuk menikmati aromanya yang menyenangkan. (Amsal 27:9) Meskipun demikian, sebelum memutuskan untuk membakar dupa, seorang Kristen hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor tertentu. Apakah orang-orang lain di tempat tinggal Saudara menghubungkan penggunaan dupa dengan praktek agama tradisional? Di lingkungan Saudara, apakah dupa sering kali dikaitkan dengan ritus spiritisme? Atau, apakah dupa umum digunakan untuk tujuan nonreligius? Namun yang perlu kita perhatikan bahwa penggunaan Hio/Dupa dalam upacara/Ritual Agama Tradisional harus kita hindari karena hal itu adalah pemujaan atau penyembahan aninisme.

3.    Apakah bisa Penggunaan hio sebagai pengganti penaburan bunga?
Sampai saat ini belum diketahui tujuan penaburan bunga di kuburan yang telah dilakukan hampir setiap orang diseluruh dunia. Sehingga penaburan bunga tidak berkonotasi penyembahan. Namun pemakaian hio merupakan bagian yang sangat nyata dari suatu kepercayaan yang masih hidup sampai saat ini yang penggunaannya berkaitan dengan penyembahan kepada dewa maupun leluhur. Oleh karena itu memegang dupa/hio sebagai pengganti bunga sebaiknya kita hindari agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. (1 Korintus 8:9)

4.    Apakah kita boleh makan, makanan yang dipersembahkan berhala?

Untuk menjawabnya mari kita membaca Alkitab dari :

Roma 14:17  Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Roma 14: 20b, ”Biarlah kita mengejar hal-hal yang menghasilkan perdamaian dan hal-hal yang membina bagi satu sama lain. Berhentilah meruntuhkan pekerjaan Allah hanya demi makanan. Memang, segala sesuatu halal, tetapi celakalah orang yang makan dalam situasi yang dapat menimbulkan sandungan. Adalah baik untuk tidak makan daging atau minum anggur atau melakukan apa pun yang karena hal itu saudaramu tersandung.”—Roma 14:19-21.
Karena dalam 1 Kor. 6:12 mengajarkan kita demikian, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh sesuatu apapun.”

Matius 15:11 "...bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

1Kor 8:8 "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."

1 Korintus 10:27 Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.

1Korintus 10:31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

1 Timotius 4:4-5 “Semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa”

* Markus 7:18-19
7:18 LAI TB, Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,
7:19 LAI TB, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
Berdasarkan ayat firman Tuhan diatas dapat disimpulkan bahwa Alkitab secara jelas tidak melarang untuk mengkonsumsi makanan apa saya bahkan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Artinya kita tidak berdosa memakan makanan demikian.
Namun, karena tindakan itu bisa menjatuhkan/melemahkan iman orang lain, maka tindakan itu tidak boleh kita lakukan.
Ada 2 konteks utama mengapa makan-makanan yang dipesembahkan berhala tidak boleh kita makan :

1.    Ketika kita memakannya menjadi batu sandungan bagi saudara kita yang seiman.
1 Korintus 8:13 Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.

Pada saat hendak makan, kalau ada seorang saudara berkata kepada kita: “Itu persembahan berhala!”, maka janganlah kita memakannya. Bukan karena makanan itu haram, bukan pula karena diri kita, melainkan karena orang itu dan keberatan-keberatan hati nuraninya (1 Kor. 10:27-29). 
Kita harus mengontrol diri, supaya kebebasan kita tidak menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah (1 Kor. 8:9). Karena apabila kita makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (dengan konsep yang benar) di depan saudara-saudara seiman yang lemah, maka hal itu akan semakin melemahkan iman mereka, atau justru memantapkan mereka untuk makan makanan persembahan berhala (dengan konsep yang salah). 
Apabila suatu makanan dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain, lebih baik kita tidak makan makanan itu. Dengan demikian orang lain tidak akan jatuh oleh karena makanan yang kita makan. Kita patut meneladani rasul Paulus yang mengatakan, “Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku” (1 Kor. 8:13).  
Roma 14: 20b, ”Biarlah kita mengejar hal-hal yang menghasilkan perdamaian dan hal-hal yang membina bagi satu sama lain. Berhentilah meruntuhkan pekerjaan Allah hanya demi makanan. Memang, segala sesuatu halal, tetapi celakalah orang yang makan dalam situasi yang dapat menimbulkan sandungan. Adalah baik untuk tidak makan daging atau minum anggur atau melakukan apa pun yang karena hal itu saudaramu tersandung.”—Roma 14:19-21

Roma 14 sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kritus telah mati untuk dia.

2. Orang percaya Makan daging seperti itu dengan ikut berpartisipasi dalam upacara (ritual) penyembahan berhala. (1 Korintus 10:18-22).
Sebagai orang tionghoa yang masih memiliki orang tua hal ini menjadi suatu dilema. Mungkin kita akan memberikan suatu pembelaan diri bahwa saya melakukan ritual sembayang kubur hanya untuk menyenangkan orang tua, atau menghormati leluhur bukan menyembahnya... oleh karena itu kita berpikir tidak apa-apa dong !!? Ketika kita makan daging ataupun pegang hio pada saat Ritual/upacara dalam agama tradisional sekalipun kita tidak menyembahnya namun secara tidak langsung melalui gerak tubuh, kita ikut ambil bagian dalam penyembahan itu.

KESIMPULAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa orang Kristen Tionghoa akan menghadapi suatu dilema iman karena adat/ tradisi yang sudah turun-temurun dijalankan oleh nenek moyang. Untuk menjawab permasalah ini kita harus mempertimbangkan 2 aspek yaitu budaya religi dan budaya sosial.

Untuk budaya religi yang bertentangan dengan Firman Tuhan harus kita TOLAK. Seperti memegang hio/dupa dan memakan-makanan persembahan dalam suatu ritual/upacara keagamaan jangan kita lakukan.
Matius 15:3 Yesus menjawab  "Dan mengapa kalian juga melanggar perintah Allah hanya kerena mau mengikuti adat istiadat nenek moyangmu?
Ulangan 18: 14  Sebab bangsa-bangsa yang daerahnya akan kaududuki ini mendengarkan kepada peramal atau petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan TUHAN, Allahmu, melakukan yang demikian.

2 Raja-raja 5:17-18
17  Akhirnya berkatalah Naaman: "Jikalau demikian, biarlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak muatan sepasang bagal, sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN.
18  Dan kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud menyembah di sana, dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud menyembah dalam kuil Rimon itu, kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam hal itu."

Ataupun memegang hio sebagai pengganti tabur bunga di kuburan dan makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala sebaiknya jangan kita lakukan kalau itu menjadi suatu batu sandungan bagi saudara kita yang seiman.


Sebagai budaya sosial, kita melihat bahwa perayaan Cheng Beng sebagai perayaan untuk menghormati/ mengingat leluhur, membersihkan kubur dan mengikat tali persaudaraan. Dalam hal ini tentu tidak ada salahnya kalau seorang beriman  Kristen ikut serta merayakan Cheng Beng bersama keluarganya.
 

2 komentar:

  1. Halo pak pendeta...
    Saya mau tanya, kl misal dalam memegang hio tp tujuannya bukan untuk sembahyang, tp hanya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, apakah saya keliru?

    BalasHapus
  2. Kl mmg jd batu sandungan,misal di mkn nya sendirian dan tdk ad org liat apakah ttp bisa??sya trus bljr ttg hal ini krn suami saya chinesse n saya risih ktika kk nya memberi mknan sprti itu dan hrs oegang hio d wktu ceng benh

    BalasHapus